Kira-kira pukul 07.30 wib aku
sudah sampai di Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri. Perjalananku dari Jogja memakan
waktu kurang lebih 2,5 jam dan aku berangkat pukul 05.00. Saya sengaja hanya
makan sepotong biskuit serta minum air putih. Sekedar buat mengganjal perut supaya
sakit mag-ku tidak kambuh. Udara dingin terasa menyentuh kulit ketika sepeda
motorku melaju. Meskipun sudah memakai jaket kulit yang aku beli kira-kira enam tahun
yang lalu di Manding, Bantul. Terlihat bapak-bapak setengah baya jalan pagi,
ada juga yang lari-lari kecil di sepanjang jalan Godean, dekat tempat
tinggalku. Perjalanan di pagi hari memang terasa segar karena belum banyak
lalu-lalang kendaraan lain di sana.
Setelah sampai di pasar Ngadirojo aku mampir di warung soto yang bangunannya terbuat dari tenda semi permanen. Menunya
tentu saja soto dengan variasi daging sapi dan ayam. Kesan pertama terlihat
kurang menarik karena tidak memakai santan. Tampilan kuahnya bening tidak seperti
soto di Jawa Timur yang menggunakan santan. Namun setelah diracik dengan sambal
dan kecap manis, rasanya lumayan juga buat lidah Jawa Timuran sepertiku. Bukan hanya
itu, untuk menambah rasa aku menambahkan tempe mendoan yang di
potong-potong dengan tangan. Bagi yang belum tahu tempe mendoan bisa saya
gambarkan, yakni tempe yang diiris tipis dan dibalut tepung kemudian digoreng. Ukuran
tempe mendoan daerah Wonogiri lebih besar dari yang ada di tempat lain. Setidaknya
dua kali lipat ukuran mendoan di Jogja.
Sedangkan minumnya dengan teh
panas yang gulanya tidak diaduk. Di Wonogiri pembeli bisa mengaduk gula
sendiri. Dengan tujuan supaya tingkat rasa manisnya sesuai selera pembeli.