Minggu, 26 April 2015

Sarapan Soto Ngadirojo



  Kira-kira pukul 07.30 wib aku sudah sampai di Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri. Perjalananku dari Jogja memakan waktu kurang lebih 2,5 jam dan aku berangkat pukul 05.00. Saya sengaja hanya makan sepotong biskuit serta minum air putih. Sekedar buat mengganjal perut supaya sakit mag-ku tidak kambuh. Udara dingin terasa menyentuh kulit ketika sepeda motorku melaju. Meskipun sudah memakai jaket kulit yang aku beli kira-kira enam tahun yang lalu di Manding, Bantul. Terlihat bapak-bapak setengah baya jalan pagi, ada juga yang lari-lari kecil di sepanjang jalan Godean, dekat tempat tinggalku. Perjalanan di pagi hari memang terasa segar karena belum banyak lalu-lalang kendaraan lain di sana.



Setelah sampai di pasar Ngadirojo aku mampir di warung soto yang bangunannya terbuat dari tenda semi permanen. Menunya tentu saja soto dengan variasi daging sapi dan ayam. Kesan pertama terlihat kurang menarik karena tidak memakai santan. Tampilan kuahnya bening tidak seperti soto di Jawa Timur yang menggunakan santan. Namun setelah diracik dengan sambal dan kecap manis, rasanya lumayan juga buat lidah Jawa Timuran sepertiku. Bukan hanya itu, untuk menambah rasa aku menambahkan tempe mendoan yang di potong-potong dengan tangan. Bagi yang belum tahu tempe mendoan bisa saya gambarkan, yakni tempe yang diiris tipis dan dibalut tepung kemudian digoreng. Ukuran tempe mendoan daerah Wonogiri lebih besar dari yang ada di tempat lain. Setidaknya dua kali lipat ukuran mendoan di Jogja. 



Sedangkan minumnya dengan teh panas yang gulanya tidak diaduk. Di Wonogiri pembeli bisa mengaduk gula sendiri. Dengan tujuan supaya tingkat rasa manisnya sesuai selera pembeli.