Senin, 02 Juni 2014

Jawa Timur Punya Pantai Pasir Putih Secantik Ini


wendy s - d'Traveler - Rabu, 21/08/2013 10:26:00 WIB
http://travel.detik.com/read/2013/08/21/102600/2332551/1025/jawa-timur-punya-pantai-pasir-putih-secantik-ini



Saat melancong ke Jawa Timur, sempatkanlah mampir ke Trenggalek. Di sana terdapat Pantai Karanggongso yang punya hamparan pasir putih. Selain bersantai di pantainya, Anda juga bisa berenang atau mencicipi aneka kuliner maknyus!

Pantai Karanggongso terletak di selatan Kota Trenggalek. Jarak dari pusat kota kurang lebih sekitar 40 km atau selama 45 menit jika ditempuh menggukanan kendaraan bermotor.

Nama Karanggongso belum populer, masyarakat lebih mengenal dengan nama Pasir Putih. Untuk menuju ke sana Anda dapat menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum yang mudah ditemukan. Jalan yang beraspal dan bagus memudahkan para traveler menuju ke sana.

Meski begitu harus berhati-hati, karena banyak tanjakan dan tikungan jalan. Rumah-rumah penduduk di kanan-kiri serta hutan yang tidak begitu lebat menghiasi perjalan kita. Udara yang sejuk dan pepohonan yang menghijau seakan membawa menuju surga alam.

Bila ingin membeli snack atau minuman, kita dapat membeli di supermarket yang ada di sepanjang jalan sebelum memasuki lokasi. Setelah kita melalui jalan yang menurun untuk terakhir kalinya, kita akan bertemu dengan persimpangan. Tinggal mengarahkan kendaraan ke kiri maka sebentar lagi kita melihat loket masuk pantai. Tarifnya sebesar Rp 10.000 per orang. Buat anak-anak biasanya dapat diskon lho!

Setelah melalui beberapa tanjakan serta turunan kembali kita akan bertemu dengan spanduk bertuliskan 'Selamat datang di Pantai Karanggongso'. Jika musim liburan tiba, pantai akan ini ramai sekali olehwisatawan. Tiket yang terjual bisa mencapai 15 ribu lembar, kata salah seorang petugas.

Pasir putih menjadi daya tarik yang ditawarkan pantai ini. Hamparan pasirnya membentang luas dan panjang. Pasirnya cukup halus saat disapu dengan kaki. Di depan kita, ada lautan yang biru dan jernih.

Kita juga bisa berenang dengan menyewa ban dengan tarif Rp 10.000 untuk ukuran besar, sedangkan yang kecil cukup dengan Rp 5.000 saja. Airnya cukup dangkal namun ketika hari mulai siang para penjaga selalu mengingatkan wisatawan yang mandi maupun berenang untuk segera naik ke pantai karena air mulai pasang.

Fasilitas lain yang disediakan yaitu perahu yang disewakan menuju lokasi yang menarik. Cukup dengan uang Rp 20.000per orang kita bisa berkeliling ke lokasi yang antara lain, Watu Dukun, Watu Bentis, Pantai Asmara, Goa Merah dan masih banyak lagi yang dapat dikunjungi. Parahu tersebut juga bisa disewa bersama-sama dengan tarif Rp 150.000.

Ada pemandangan yang menarik ketika kami berada di sana. Yakni terdapat sekitar tiga buah kapal tongakang berisi batu bara sedang bersabdar. Dari keterangan beberapa warga setempat kapal-kapal tersebut menunggu ombak yang cukup besar. Dan nantinya akan melanjutkan perjalanan kembali setelah ombaknya tenang.

Di sebelah kanan pantai kita bisa memanfaatkan jembatan buat bersantai atau pijalakn melompat ke air. Namun sayang jembatan tersebut kurang terawat dan beberapa bagian telah lapuk.

Yang tidak kalah menarik lagi yaitu ikan yang di asap dan dapat dikonsumsi langsung. Ikan-ikan tersebut merupakan hasil tangkapan nelayan. Baik dengan dipancing maupun dengan cara dijaring. Terdapat beberapa penjual di lokasi pantai. Dengan sambal capai yang pedas kita dapat menikmati di sana maupun dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Jenis ikan yang diasap kebanyakan ikan tuna maupun kakap yang masih segar.

Terdapat juga souvenir yang dijajakan di dekat tempat parkir kendaraan. Sekaligus warung makan dan toilet umum. Namun sayang, masih banyak kendaraan yang parkir sembarangan dipinggir jalan yang bikin macet. Meski begitu Pantai Karanggongso tetap menarik untuk di jadikan sebagai destinasi wisata liburan Anda.


Ini Dia Jalan Raya Paling Keren di Selatan Jawa


wendy s - d'Traveler - Kamis, 05/12/2013 19:05:00 WIB
http://travel.detik.com/read/2013/12/05/190500/2424457/1025/ini-dia-jalan-raya-paling-keren-di-selatan-jawa

Apabila traveler menuju ke Jawa Timur menggunakan kendaraan pribadi, Anda akan melintasi berbagai desa dan kota. Lain halnya bila melancong melalui jalur selatan, Anda akan disuguhi pemandangan pantai sepanjang perjalanan.

Perjalanan dari DI Yogyakarta menuju Provinsi Jawa Timur dapat ditempuh melalui beberapa alternatif. Salah satunya adalah melalui Jalur Lintas Selatan, yakni melalui Kabupaten Pacitan sampai Kabupaten Trenggalek.

Tidak seperti Jalur Tengah atau Utara yang didominasi suasana pedesaan maupun perkotaan. Jalur Selatan menyuguhkan pemandangan pantai. Jalan beraspal yang halus, serta lebar menambah suasana semakin nyaman untuk kita nikmati, seperti yang saya lakukan ketika itu, November 2013.

Ada banyak sekali pantai yang dapat kita temui di Kota Pacitan ini, antara lain Pantai Pidakan, Pantai Soge, Pantai Bawur dan masih banyak lagi. Jalur Lintas Selatan berada di pinggir pantai sehingga mempunyai sensasi tersendiri.

Bagi para traveler yang hobi fotografi, kalian tidak akan tahan segera memainkan kamera yang dibawa. Selain itu kita juga akan melewati perjalanan di sela-sela bukit batu.

Begitu juga ketika memasuki wilayah Kabupaten Trenggalek, barisan pantai di sepanjang jalan seakan tidak pernah habis untuk kita nikmati. Oleh karena itu bagi Anda para traveler, khususnya yang menuju ke Jawa Timur, tidak ada ruginya untuk mencoba melalui jalur ini.


Menikmati Keunikan Alam Dewa Bejo



Dewi Fortuna dan Dewa Bejo memiliki kesamaan, sama-sama berarti simbol keberuntungan. Dewa Bejo, nama singkat dari Desa Wisata Bejiharjo, juga memiliki keindahan yang unik.

Wajar jika desa yang terletak di Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, ini dipilih Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sebagai desa wisata terbaik tahun 2012.
Keindahan alam Dewa Bejo langsung menyambut setiap pengunjung yang datang. Dataran tinggi serta batuan alam menjadi daya tarik para wisatawan untuk singgah sekaligus menginap di Bejiharjo. Terdapat banyak sekali objek wisata alam yang dapat dikunjungi. Namun yang paling diminati wisatawan adalah Goa Pindul. Ada juga Goa Gong serta goa-goa yang lain, lokasinya masih berdekatan.
Suasana semakin menyenangkan oleh sambutan penduduk setempat yang ramah serta tangan terbuka. Tidak hanya alam, wisatawan juga dapat menikmati wisata yang lain, seperti prosesi pembuatan blangkon (penutup kepala khas Jawa). Ada juga wisata budaya yang tidak kalah menarik. Anda juga bisa menikmati berbagai jenis makanan khas Jawa di sini.
Desa Bejiharjo mudah dijangkau. Jalan menuju lokasi sudah beraspal dan halus, meskipun ada sebagian yang terjal karena aspal yang rusak, terutama jalan masuk ke kampung-kampung. Apabila ditempuh menggunakan kendaraan bermotor, desa ini dapat dicapai dalam waktu kurang lebih selama satu setengah jam dari pusat kota Yogyakarta.
Para wisatawan yang ingin menginap juga disediakan homestay. Sebanyak 24 rumah, dengan 90 buah kamar tidur. Lokasinya di rumah-rumah penduduk sekitar. Tarifnya, dari 25 ribu rupiah sampai 30 ribu rupiah per orang. Apabila ingin menginap satu rumah penuh, pengunjung dikenakan biaya 150 ribu rupiah.
Pembentukan desa wisata Bejiharjo berlangsung melalui perjuangan panjang. Menurut salah seorang pengelola, Subagiyo, desa ini resmi menjadi desa wisata pada 30 Juni 2010. Bersama Pok Darwis (Kelompok Sadar Wisata) yang telah dibentuk, Subagiyo bekerja membersihkan goa-goa yang ada kurang lebih selama empat bulan. Karena melihat potensi alam yang telah tersedia, beliau yakin suatu saat akan bermanfaat. Ketika itu banyak warga masyarakat yang mencemoohnya. Yang lain berangkat ke sawah tetapi mereka justru membersihkan goa.
“Kami punya impian pada waktu itu. Saya yakin, meskipun banyak orang yang mencela, mestinya suatu saat nanti banyak juga  orang yang bekerja di sini,” terang Pak Bagiyo, sapaan akrabnya.
Rupanya, keyakinan Pak Bagiyo terwujud. Desa Bejiharjo kini menjadi kunjungan wisata dari segala penjuru. Jumlah pengunjung dari tahun ke tahun selalu meningkat. Pada 2012, sampai bulan September ini saja mencapai 139 ribu wisatawan, baik dari dalam maupun luar negeri. Jadi, kapan giliran Anda menikmati keunikan Dewa Bejo? *
(c) ITH

http://indonesiatravel.co.id/menikmati-keunikan-alam-dewa-bejo/

Berwisata Sekaligus Mengenal Batuan di Museum Karst


Bangunan dengan bentuk unik menyambut kita begitu memasuki pintu gerbang museum. Sekilas bentuknya seperti piramida di Mesir, atapnya runcing serta terdapat beberapa anak tangga guna menaikinya.

Museum karst adalah museum kebanggaan masyarakat Wonogiri. Museum ini merupakan yang terunik dan terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara.
Lokasi yang berada di kawasan perbukitan gamping semakin menambah daya tarik untuk dikunjungi. Sesuai dengan namanya, karst merupakan istilah dari bahasa Yugoslavia yang merujuk pada wilayah yang terdiri dari batuan yang mudah larut seperti batu gamping. Hamparan sawah serta hutan jati dapat kita nikmati seraya memasuki kawasan museum karst. Di sekitarnya terdapat beberapa gua yang keberadaannya juga masih berkaitan dengan fungsi museum.
Menurut Agung, salah seorang pemandu museum, lokasi didirikannya museum ini memang sengaja diletakkan di kawasan perbukitan gamping. Dengan tujuan para wisatawan yang berkunjung dapat belajar mengenai batuan karst dan sejarah gua. Ada tiga fungsi yang didapatkan ketika kita mengunjungi museum karst. Yakni fungsi pendidikan, fungsi rekreasi sekaligus menjaga keberadaan situs atau fungsi lindung.
“Selain kita dapat belajar di dalam, kita juga dapat mengenal di luar. Karena gua-gua di sekitar sini juga terdiri dari batuan karst,” terang Agung.
Di dalam museum para wisatawan diperlihatkan diorama gua serta koleksi berbagai jenis batuan gamping. Selain itu kita juga dapat menikmati film yang berkaitan dengan proses terbentuknya batuan karst. Replika manusia purba juga menjadi koleksi museum, sekaligus penggambaran kehidupan manusia purba.
Museum karst didirikan pada tahun 2008 dan efektif menjadi tempat wisata pada tahun 2010. Letaknya berada di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogori. Lokasinya berada di antara tiga Kabupaten, yakni Wonogiri, Gunungkidul dan Pacitan.
Untuk masuk di dalam museum tidak dikenakan biaya alias gratis. Namun, di loket kawasan wisata ada tarifnya karena museum karst berada di lokasi wisata Gua di Pracimantoro. Tiket masuknya beda-beda. Pada hari Senin sampai dengan Sabtu sebesar Rp 2.100 sedangkan hari Minggu Rp.3.100. Bagi yang membawa kendaraan juga dikenakan biaya masuk. Kendaraan besar seperti bus sebesar Rp 10.000, mini bus Rp 5.000, mobil Rp 3.000 dan sepeda motor Rp 1.000. Oh ya, museum karst pada hari Jumat tutup sementara hari-hari yang lain tetap buka termasuk hari Minggu.
Akses jalan yang beraspal dan halus memudahkan para wisatawan untuk berkunjung ke sana.Jarak tempuhnya kurang lebih 40 km dari kota Wonogiri, sedangkan dari Pacitan sekitar 50 km.Apabila dari Kabupaten Gunungkidul kita melakukan perjalanan sekitar 55 km.
Moda transportasi menggunakan kendaraan pribadi karena lokasinya berada agak jauh dari perkampungan padat penduduk. Banyak juga yang menyewa jasa travel atau ojek. Di sekitar museum banyak terdapat warung yang menyediakan makanan dan minuman untuk melepas dahaga, maklum udara di sekitar lokasi cukup panas.
Bagi yang beragama Islam tidak perlu kuatir, di lokasi disediakan Masjid untuk tempat beribadah. Tempat ibadah lain yakni Pura bagi yang beragama Hindu. Lokasi parkir yang disediakan cukup luas dan aman.
Museum karst tidak jauh dari tempat menginap. Wisatawan yang berasal dari luar kota dapat menyewa homestay di sekitar museum. Tempatnya di rumah-rumah penduduk dengan tarif Rp 50.000 per rumah. Jumlah homestay 24 rumah. Masing-masing rumah mempunyai jumlah kamar yang berbeda-beda tergantung berapa orang yang akan menyewa.
Bagi yang biasa tidur di hotel, tidak jauh dari sana. Sekitar 3 km, terdapat beberapa hotel. Tarifnya antara Rp 50.000 sampai Rp 100.000 per malam.
Museum karst menawarkan paket wisata dan edukasi yang tidak akan rugi untuk anda kunjungi. Selamat berwisata!

http://indonesiatravel.co.id/berwisata-sekaligus-mengenal-batuan-di-museum-karst-2/

Asiknya Membuat Blangkon di Bejiharjo

Blangkon adalah tutup kepala khas Jawa yang terbuat dari kain batik. Keunikan blangkon bukan hanya dari bentuknya.

Namun proses pembuatannya juga menarik. Mau tahu bagaimana para pengrajin membuat blangkon? Atau ingin membuat blangkon sendiri? Datanglah ke Dewa Bejo alias Desa Wisata Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul.
Paket wisata membuat blangkon terdapat di Dusun Bulu, di kawasan Dewa Bejo. Biayanya sebesar Rp 35 ribu. Harga tersebut sudah termasuk bahan-bahan yang diperlukan.Wisatawan juga bisa membawa pulang blangkon yang telah dibuat. Asyik bukan?
Ada dua jenis blangkon yang diajarkan. Model Solo dan Mataraman Jogja. Bedanya, Mataraman Jogja dibelakang ada mondol-nya. Sedangkan Solo cenderung rata. Biasa disebut mondol teplak.
Salah satu pengrajin blangkon di Dusun Bulu bernama Rofik mengatakan sering didatangi para wisatawan yang ingin membuat blangkon. Tempatnya berada di rumah bagian belakang berukuran sekitar 3×4 meter.
Untuk membuat blangkon, alat dan bahan yang digunakan berupa mesin jahit, kain batik serta beberapa lembar kertas karton. Selain itu ada cetakan kayu berbentuk bulat, mirip kepala manusia. Alat ini untuk mencetak blangkon. Ukurannya sesuai pesanan. Mulai dari anak-anak sampai ukuran orang dewasa. Setelah kain dan karton dipotong dilakukanlah pengeleman. Ada juga sebagian yang dijahit.
Blangkon yang dilem biasa dijual dipasar-pasar. Termasuk Malioboro dan Pasar Beringharjo, Yogyakarta.Sedangkan yang dijahit merupakan pesanan khusus karena kualitas serta harganya juga berbeda. Blangkon ini biasa dipesan para grup campursari, grup wayang kulit maupun prajurit Keraton.
Blangkon yang kualitas biasa bisa dibuat dalam beberapa jam saja. Sedangkan yang kualitas bagus, sehari paling banyak hanya 2 buah. Apa bedanya? “Bedanya terletak pada bahan serta proses membuatnya,” kata Rofik. Cara merawatnya cukup disikat saja. Untuk blangkon yang jahitan bisa disikat sekaligus menggunakan air.
Kerajinan blangkon di Bulu sudah berlangsung selama 15 tahun. Sebelum Bejiharjo terbentuk menjadi desa wisata, kerajinan blangkon sudah ada. “Dulu saya kerja membuat blangkon di Jogja. Setelah satu tahun akhirnya bisa. Kemudian bikin usaha sendiri,” terang Rofik. Tenaga kerja Rofik sebanyak tujuh orang tetapi mereka mengerjakan blangkon di rumah masing-masing. Baru setelah jadi dikumpulkan di gudang yang selanjutnya diambil para pengepul.
Menurutnya, pekerjaan utama masyarakat di sini menjadi pengrajin blangkon.Selain prosesnya bisa dinikmati, blangkon juga bagus untuk souvenir. Harganya berkisar antara Rp 70 ribu sampai Rp 80 ribu. Bahan baku blangkon didatangkan dari Kota Yogyakarta.
Di Dukuh Bulu, para wisatawan juga bisa menginap. Seperti di Bejiharjo pada umumnya, tempatnya di rumah-rumah penduduk. Untuk menuju ke Bulu tidak sulit. Lokasinya satu arah dengan Goa Pindul. Sebelum sampai Goa Pindul di kiri jalan ada plang bertuliskan kerajinan blangkon. Dilanjutkan masuk ke kampung, jaraknya kira-kira 500 meter. Akses jalan menuju lokasi memang belum dibangun. Jalannya masih berupa batuan yang terjal. Tentu saja menyulitkan para pengunjung. Apalagi yang membawa mobil harus ekstra hati-hati. *
Paket Wisata Blangkon: Rp 35.000
Blangkon Jadi: Rp 70.000-Rp. 80.000
Transportasi: Kendaraan Pribadi, 1,5 jam dari pusat Kota Yogya
Akomodasi: Homestay, Rp 25.000-Rp 30.000 per orang per malam, Rp 150.000 per rumah per malam

http://indonesiatravel.co.id/asiknya-membuat-blangkon-di-bejiharjo/

Gua Selarong: Tapaki Sejarah, Nikmati Indahnya Alam


Gua Selarong memberi Anda dua pengalaman sekaligus: keindahan alam dan kenangan sejarah. Gua Selarong yang terletak di atas bukit juga dihiasi deru air terjun. Di sinilah dulu Pangeran Diponegoro meninggalkan jejak sejarah.

Lokasi Gua Selarong mudah dijangkau karena akses jalan beraspal dan halus. Selama perjalanan menuju lokasi banyak dipasang penunjuk arah menuju ke Gua Selarong. Begitu memasuki lokasi yang terletak di Dusun Kembang Putihan, Desa Guwosari, Pajangan, Bantul, ini Anda akan melewati gapura wisata. Dan Anda langsung disambut oleh patung Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang kuda memakai jubah berwarna hitam.
Sampai di loket masuk, petugas jaga memberikan selembar karcis. Tarifnya Rp 2.250, sesuai data yag tertera di papan pengumuman. Tarif tersebut sudah termasuk asuransi sebesar Rp 250. Halaman parkir yang disediakan cukup luas, mampu menampung ratusan kendaraan bahkan kendaraan besar seperti bus. Jika mengendarai sepeda motor, Anda cukup membayar Rp 2.000. Adapun mobil dan bus dikenai tariff antara Rp 5.000 sampai Rp 10.000.
Beberapa meter lagi, Anda dapat melihat patung Pangeran Diponegoro menunggang kuda, tapi kali ini dengan jubah berwarna putih. Dari tempat parkir kendaraan menuju lokasi gua, jarak yang Anda tempuh kurang lebih 100 meter. Di situ jangan heran jika ada ibu-ibu paruh baya menyapa dengan senyuman sembari menawarkan dagangan. Mereka warga setempat yang berjualan minuman serta makanan ringan setiap hari.
Karena berada di atas bukit, Anda harus menapaki tangga yang cukup tinggi agar sampai ke gua. Perjalanan ini cukup menguras tenaga. Namun jangan kuatir, di kanan dan kiri terdapat gazebo serta arena outbond untuk anak-anak. Dan apabila musim penghujan, Anda juga dapat menyaksikan indahnya air terjun, yang hanya beberapa meter dari gua. Namun ketika musim kemarau airnya kering. “Kalau pas hujan menarik itu, tapi kalau kemarau seperti sekarang airnya kering,” kata Pak Arif, penjaga tempat wisata.
Dan sampailah Anda di gua bersejarah ini. Gua Selarong ini merupakan gua buatan, bukan gua alami. Ia berbentuk bukit batu yang dilobangi, yang membentuk ruangan berukuran sekitar tiga meter persegi. Menurut penuturan Pak Arif, lobang tersebut dulu menjadi tempat persembunyian Pangeran Diponegoro ketika perang melawan Belanda.
Gua Selarong terdiri dari Gua Kakung dan Gua Putri. Di depan gua dipasang pagar besi pembatas yang diberi pintu masuk. “Ini untuk menjaga keamanan,” ujar Pak Arif. Wajar, sebab gua ini merupakan bukit batu kapur yang rawan longsor. Pagar tersebut juga sebagai pengaman dari gangguan pengunjung yang suka jail.
Di sekitar gua, Anda bisa menyaksikan pepohonan, yang membuat udara jadi terasa sejuk. Biasanya pengunjung duduk-duduk di sini, menikmati keasrian alam. Lalu, di lokasi Gua Selarong juga terdapat dua buah sendang yang diberi nama Manik Moyo dan Umbul Moyo. Persis di atas gua ada dua buah makam yang diyakini sebagai para pengikut Pangeran Diponegoro ketika berjuang.
Di perbukitan kapur ini, banyak pengunjung yang melakukan kegiatan berkemah. Menariknya, di sini telah disediakan camping ground. Pepohonan yang lebat serta aliran air di sungai kecil menambah nikmatnya suasana kemah para pengunjung.
Pengunjung kerap memilih untuk berkemah di sini, lantaran memang tidak disediakan tempat penginapan atau homestay. Alternatif lain, pengunjung biasanya menginap di kota. Saat berkemah, jangan kuatir dengan fasilitas kebersihan. Di lokasi wisata telah tersedia toilet sebanyak 15 kamar. Bagi yang beragama Islam juga bisa beribadah di masjid yang berada di lokasi wisata.

O ya, jangan lupa membeli souvenir berupa patung primitif dari kayu. Atau, jika Anda ingin membeli souvenir batik kayu, silakan kunjungi Sanggar Diponegoro. Lokasinya di dekat gapura masuk gua. Sehingga, lengkap sudah perjalanan Anda kali ini. *
(c) ITH
Kontributor: Stiawan Wendy (Yogyakarta)
Tiket masuk: Rp 2.250 (termasuk asuransi)
Parkir: Rp 2.000 (sepeda motor), Rp 5.000-Rp 10.000

http://indonesiatravel.co.id/gua-selarong-tapaki-sejarah-nikmati-indahnya-alam/

Kesejukan Nuansa Tradisional Dewikembar


Dewikembar merupakan penyebutan untuk Desa Wisata Kembangarum. Sebuah nama yang diberikan sang penggagas, Hery Kustriyatmo.

Begitu memasuki lokasi Dewikembar, kita akan disambut sebuah papan nama serta jalan yang berliku. Desa yang masih hijau dan bernuansa tradisional tersebut terletak di kawasan lintas Merapi dengan jarak tempuh sekitar satu jam dari pusat Kota Yogyakarta. Pemandangan desa yang rapi dan bersih semakin menambah kesejukan hawa pedesaan.

Kembangarum terletak di Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Di sepanjang jalan terlihat pagar dari batu yang tertata rapi, hamparan pohon salak  serta tanaman hias yang menyertai. Sebuah desa yang didesain dengan konsep wisata alam yang kelihatan berbeda dengan desa-desa pada umumnya.

Desa yang mengusung konsep wisata edukasi ini mudah dijangkau para wisatawan. Akses menuju desa ini bisa menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum dari terminal Giwangan, dengan jurusan Tempel. Di perempatan Tempel, ada papan nama menuju Kecamatan Turi. Sampai perempatan berikutnya terlihat papan nama kecil Desa Wisata Kembangarum.

Nuansa  tradisional menjadi ciri khas desa ini. Tempat menginap atau pondokan berbentuk joglo yang berkonsep rumah panggung dapat mudah kita temukan di sana.

Udara segar dan alami dapat dirasakan karena bangunan berbahan kayu jati. Bagi wisatawan yang akan menginap disediakan 55 homestay,  ruang pertemuan, ruang seni budaya yang dikelola secara profesional. Tarip yang dikenakan antara 350 ribu rupiah sampai 1,5 juta rupiah per malam beserta paket konsumsi.
Desa wisata ini terbentuk pada 27 Juli 2005. Inisiatornya seorang pekerja seni bernama Hery Kustriyatmo. Sebelumnya, Kembangarum desa yang tertinggal, penduduknya mayoritas bekerja sebagai buruh di kota. Dengan dukungan dana dari sanggar seni Pratista, Hery beserta warga menjadikan Kembangarum sebagai tempat belajar seni lukis khusus bagi anak-anak. Karena banyak masyarakat yang mendukung akhirnya berkembang menjadi tempat wisata budaya sampai sekarang.

Ketika mengunjungi Kembangarum, jangan lupa menengok sanggar seni Pratista. Di sini Anda bisa belajar seni, baik teater, melukis, musik, cara memasak yang bahannya serba salak. Semuanya disediakan gratis tanpa dipungut biaya bagi yang ingin belajar. Terdapat juga perpustakaan alam yang berisi buku-buku tentang pengetahuan alam sekitar.

Selain wisata seni dan budaya, Kembangarum juga menyediakan outbound maupun bakti sosial kepada masyarakat sekitar. Di sini tersedia kendaraan offroad 45 buah dan 65 motor trail. Wisatawan juga bisa berwisata alam dengan ikut serta membajak sawah dengan kerbau, mencari ikan di kolam maupun menanam pohon di lahan yang disediakan.
Dewikembar ini menarik minat pengunjung dalam dan luar negeri. “Yang pernah datang ke sini sudah ada dua puluh delapan negara,” kata Hery, pengelola lokasi. *
(c) ITH
http://indonesiatravel.co.id/kesejukan-nuansa-tradisional-dewikembar/

Desa Wisata Banjarasri, Lereng Bukit Menoreh yang Sejuk


Hamparan sawah dan pemandangan Bukit Menoreh yang indah segera menyambut kita begitu menginjakkan kaki di Banjarasri. Sebuah desa yang masih alami, udara yang sejuk dan bersih.

Di Desa Banjarasri, kita juga dapat menyaksikan cerianya gerombolan bangau putih, yang menghiasi pematang sawah serta mengitari para petani ketika menanam padi pada siang hari. Lingkungan alamnya jauh dari polusi, tidak seperti di kota.

Desa yang berjarak sekitar 30 kilometer dari Kota Yogyakarta sangat mudah diakses. Jalan yang beraspal dan rapi siap mengantarkan kita menikmati indahnya desa wisata Banjarasri. Kepenatan segera sirna begitu kita memasuki gerbang desa wisata yang terletak di Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulonprogo ini. Sambutan yang ramah diberikan penduduk sekitar, terlihat dari ekspresi senyum mereka saat wisatawan datang berkunjung.

Wisatawan dapat menikmati banyak sekali paket wisata yang disajikan. Ada wisata budaya, wisata sejarah, wisata alam maupun wisata pendidikan.
Jalan yang menghubungkan kampung satu dengan lainnya menanjak dan menurun. Ini justru memberikan rasa penasaran untuk mengenal lebih jauh eksotisnya desa. Apalagi pemandangan Sungai Kalibawang yang jernih dan memanjang memberikan kesejukan saat kita menyusurinya.

Kerajinan tenun juga menjadi salah satu daya pikat Banjarasri. Sebagai contoh, kerajinan tenun dengan menggunakan tangan atau ATBM (alat tenun bukan mesin) yang dikelola koperasi “Tenun Mumbul“. Kita dapat melihat proses pemintalan benang sampai menjadi kain.
“Bagi wisatawan yang ingin mencoba langsung cara menenun kami persilahkan, banyak mahasiswa maupun wisatawan yang mampir ke koperasi kami,” kata Parjiati, pengurus koperasi.

Desa ini terbentuk menjadi desa wisata sekitar tahun 2009. Menurut pengelola, awalnya dimulai oleh Paroki. Mereka menginap di rumah salah satu penduduk. Pada saat keluarga yang disinggahi pergi ke sawah atau ladang, mereka mengikuti sembari memberikan pendidikan.
Untuk menjadikan Banjarasri sebagai desa wisata, pengelola mengaku tidak merasa kesulitan. Karena semuanya berjalan secara alami. Masyarakat mempunyai tradisi pedesaan yang masih asli. Hal inilah yang menjadi daya tarik pengunjung untuk singgah.

Bagi pengunjung yang ingin menginap, dipersilakan menginap di rumah-rumah penduduk setempat. Nuansa khas pedesaan sengaja disajikan, guna memberikan kenyamanan wisatawan.Tarifnya menyesuaikan, tergantung negosiasinya dengan pemilik tempat, meski ada juga beberapa yang dikelola secara profesional dengan tarif khusus.*
(c) ITH


http://indonesiatravel.co.id/desa-wisata-banjarasri-lereng-bukit-menoreh-yang-sejuk/

Menikmati Keunikan Desa Wisata di Karangtengah


Suasana tenang dan menenteramkan bisa langsung Anda rasakan begitu memasuki Desa Karangtengah, Imogiri, Bantul.
Desa wisata yang kental nuansa tradisional ini menyimpan banyak daya tarik, mulai dari kerajinan, pembuatan batik, hingga kegiatan-kegiatan budaya yang beragam. Tak heran jika Karangtengah ditetapkan sebagai sepuluh desa wisata terbaik oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2012.

Di desa ini, Anda bisa jalan-jalan menikmati suasana desa, sembari sesekali mampir di gazebo untuk istirahat. Atau, Anda bisa melihat-lihat ulat sutra liar yang hinggap di tanaman jambu mete serta tanaman indigovera yang merupakan bahan pokok untuk pewarna batik. O ya, Anda juga dapat juga ikut belajar membatik di sini. Tentu saja Anda juga bisa berbelanja batik di showroom batik Kasiutri, wisata kuliner maupun wisata belajar membuat rongko (kerangka) keris maupun bubut kayu. Menanam pohon juga menjadi kegiatan menarik bagi para pengunjung.

Aktivitas budaya pun tak kalah menarik. Anda bisa menikmati wisata seni budaya, mulai dari upacara pernikahan pengantin Jawa, karawitan, jathilan, seni bergodo keprajuritan, gejog lesung, laras madyo, atau mau berkunjung ke Sanggar Seni Waskito Mas. Di samping itu, jika Anda ingin merasakan pengalaman spiritual setempat, Anda bisa berkunjung ke Ki Ambar Sari.
Keindahan desa wisata Karangtengah ini tidak muncul begitu saja, melainkan hasil dari upaya keras para penduduk.

Menurut Pargiyanto, Kepala Urusan Kesejahteraan Masyarakat, Desa Karangtengah, yang juga merupakan salah seorang inisiator, desa wisata ini dirinitis pada tahun 2000. Pada mulanya Karangtengah merupakan tanah tandus dan gersang yang  tidak produktif untuk pertanian. Akibatnya, banyak warganya menjadi pengemis di Kota Yogyakarta.

Karena keprihatinan anggota masyarakat, muncullah ide untuk menjadikan desa tersebut menjadi desa wisata. Ini merupakan ide cemerlang. Sebab, Desa Karangtengah sendiri sebenarnya sudah mempunyai banyak keunikan yang bernuansa tradisional. Dengan modal swadaya masyarakat, potensi budaya mulai dikembangkan sampai sekarang. Jadilah Desa Karangtengah menjadi salah satu desa wisata terbaik di Indonesia.

Untuk mencapai desa ini, infrastruktur jalan sudah baik. Jalan dengan lebar 2,5 meter cukup mendukung bagi para wisatawan karena mudah dilalui. Dari pusat kota Yogyakarta, Anda hanya perlu sekitar 40 menit. Transportasi khusus memang belum disediakan. Pengunjung biasanya memilih untuk menyewa minibus atau naik ojek. Jarak Desa Karangtengah sekitar lima belas kilometer ke selatan dari terminal Giwangan.
Anda ingin menginap? Jangan kuatir, di Desa Karangtengah juga disediakan penginapan bagi wisatawan.Terdapat  empat puluh rumah dengan delapan puluh kamar yang bisa ditempati.Tarif yang dikenakan relatif murah, dengan biaya 150 ribu rupiah satu rumah atau 50 ribu rupiah satu orang para wisatawan sudah mendapatkan makan dalam satu hari. *
(c) ITH
http://indonesiatravel.co.id/menikmati-keunikan-desa-wisata-di-karangtengah/